Kamis, 16 Mei 2013

A name to remember


Kufokuskan lensa kameraku untuk memotretnya. Dia yang tengah mendrible bola basket di sudut lapangan dengan diguyur sedikit gerimis. Dia merupakan idola di sekolahku sekaligus cowo yang telah kusukai selama 3 tahun terakhir. Cowo itu bernama kevin. Sekarang ini dia sedang mengelap keringatnya di bangku pojok lapangan. Beberapa cewe menyodorkan minuman dingin kearahnya serta berusaha membantunya mengelap bulir-bulir keringat yang mengalir membasahi tubuhnya bercampur dengan air gerimis.Bagaimana denganku? Aku, Melati dorothy Isabel, cewe biasa sepertiku hanya bisa mengamatinya dari balkon kelasku yang menghadap langsung kearah lapangan basket. Apalagi yang bisa kulakukan selain mengamatinya dan memotretnya? Aku tidak bisa menunjukan perasaanku padanya seperti yang dilakukan cewe-cewe pengagumnya itu. Kevin adrian, cowo itu berangsur pergi.'”Aku yakin dia pasti mengunjungi cafe di depan sekolah” gumamku seraya menuruni tangga sambil memainkan kameraku, membuka galeri foto yang hanya memiliki satu objek,kevin adrian, cowo yang kusukai ituSeperti yang kutebak sebelumnya, cowo itu akan berkunjung ke cafe ini. Dia akan duduk pada meja nomor 7 dan memesan ice vanila latte. Dia selalu melakukan aktivitas rutinnya yang seperti ini sehabis berlatih basket. Aku mengamatinya dari luar cafe tidak berani untuk masuk. Tanpa membuang kesempatan, segera saja kuarahkan fokus kameraku kearahnya.Aku tersenyum melihat hasil bidikanku kemudian menatapnya sekilas yang tengah memainkan ponselnya dan kuputuskan untuk melangkah pulang. Tahun ini adalah tahun terakhirku bersekolah di jenjang menengah atas. Dan di tahun ini juga Tuhan memberikan anugrah yang indah padaku. Aku sekelas dengannya, kevin adrian itu... Ya aku satu kelas dengannya. Tapi, meskipun begitu, aku masih saja tidak pernah berbicara dengannya. Sepanjang 3 tahun aku mengenal dan menyukainya, belum pernah sekalipun kami saling bertegur sapa.Miris? Tapi memang seperti itulah kenyataannya.Besok hari kelulusanku..” aku asyik bergumam sendiri menatap sebuah memo yang terpajang di meja belajarku.Mungkin besok adalah kesempatan terakhirku untuk berbicara dengannya. Ya, aku harus melakukannya! Karna yang kudengar, setelah besok Kevin adrian akan meninggalkan Indonesia dan meneruskan kuliah entah kemana. Itu yang kudengar dari tim gosip sekolah. Baiklah, Melati dorothy isabel kau pasti bisa! Aku mulai menuliskan rangkaian kalimat pada secarik kertas yang akan kujadikan sebagai bahan latihan untuk berbicara pada kali pertama dengan seorang kevin adrian."vin, selamat. Nilaimu sangat baik... Aishh itu terlalu kikuk""Hari ini kau sangat tampan... Tidak akan.. Aku tidak akan mengucapkan ini""Bagaimana nilaimu... Anni, apa kabarmu? Aish, bagaimana ini?" Kuacak-acak rambut ku. Aku terlalu gugup.Semoga saja besok aku memiliki keberanian untuk mengajaknya berbicara. Pertama kali... dan mungkin juga untuk yang terakhir kalinya Kurapikan blazerku sambil mematut diriku sendiri dihadapan cermin.Aku sudah siap.Kulayangkan pandanganku pada sebuah jam berwarna limun yang menggantung dengan indah di dinding kamarku. "Melati dorothy Isabel, hwaiting!" Sekolah menjadi benar-benar ramai hari ini. Tentu saja yang menjadi sebab keramaian adalah mereka-mereka yang memiliki tingkat kepopuleran ataupun siswa siswi dengan nilai kelulusan pada klasmen atas.Aku tersenyum santai sambil memandangi papan pengumuman yang menempelkan nilai ujian akhir para siswa.Kevin adrian orang yang kusukai itu menempati posisi pertama. Dia benar-benar mengagumkan dan luar biasa.Bagaimana dengan nilaiku? Sepertinya aku harus cukup berbesar hati mendapati kenyataan bahwa peringkatku 3 dibawahnya.Menurutmu aku cewe yang pandai? tidak, aku tidak seperti itu. Semenjak aku menyukainya, beberapa hal dalam diriku mulai berubah. Aku mulai menyukai belajar dan berniat menjadi barista. Hanya ada satu yang takan pernah bisa membuatku menyamai kegemarannya. Basket - olah raga favoritnya itu. Sampai kapanpun aku takan bisa. Sudahlah, lebih baik jangan membahasnya. Emm, ngomong-ngomong dimana Kevin? Sejak tadi aku belum melihatnya.Oh Tuhan, kumohon jangan sampai dia tidak hadir pada acara ini. Dia adalah bintang pada hari ini dan dia juga satu satunya alasan aku rela menghabiskan stok kertas dan memikirkan beberapa patah kata yang akan kuucapkan nanti hingga dini hari. Ya, semalam aku hanya tertidur beberapa jam saja. "Kevin adrian kemarilah" seru Bu rahmi dari kejauhan. Beliau yang merupakan wali kelasku menyuruhku untuk mendekat.Ditempatnya berdiri, sudah berkumpul sekitar 40 anak yang merupakan teman sekelasku.KEVIN ADRIAN TOMATALA!Hatiku melompat kegirangan begitu menyadari kehadirannya yang tiba-tiba sudah berdiri disampingku. "Kalian berdua, cepat kemari," Bu rahmi menyeretku dan Kevin untuk segera berbaris dan melangsungkan foto kelulusan kelas. Tuhan, anugrah apalagi ini? Aku berfoto bersamanya, disampingnya. Aku berdiri tepat bersebelahan dengan orang yang kusukai! "Cheers" sinar blitz menandakan foto tadi sudah terbidik kamera. "Se... Selamat" kuulurkan satu tanganku padanya dan dia menyambutnya. Dia menyambut uluran tanganku!"Terimakasih, Melati~" astaga aku benar benar nyaris pingsan.Dia mengucapkannya sambil tersenyum."sama-sama" ujarku tersendat. Tanpa terasa air mataku mengalir membasahi pipi dan sepertinya kevin melihatnya."Ada apa?""Kurasa mataku terkena debu" aku berbohong, Vin. Aku terlalu gembira. Apa kau tau seperti apa rasanya?"Perlu kubantu untuk meniupnya?" benarkah? Dia... Dia baik sekali. Tapi, jika hal itu terjadi, aku tidak bisa menjawin jiwa dan ragaku masih bisa bersatu setelahnya Author POV Seorang cewe, dia Melati dorothy isabel membungkukan badannya pada seorang lelaki yang merupakan penjaga sebuah bangunan megah dihadapannya. Melati barusaja selesai mengunjungi gedung sekolahnya dulu. Seperti biasa, pagi hari sebelum pergi bekerja, Melati selalu menyempatkan diri mengunjungi tempat-tempat yang menjadi favorite Kevin dulu."Kau akan melompati pagar ini jika terlambat" Melati memandang hasil potretnya."Ini tempat duduk kekuasaanmu. Tidak ada satupun yang akan mendudukinya dulu" kali ini sebuah potret ruang kelas muncul di layar kamera milik Melati."Kau selalu bermain basket pagi, istirahat dan sepulang sekolah di lapangan ini lalu... Kau akan kemari" Melati memandang sebuah cafe yang kini menjadi tempatnya bekerja. Ya, impiannya untuk menjadi seorang barista tercapai. Melati telah menjadi pegawai di cafe favorit Kevin dulu."Itu dulu, 5 tahun yang lalu... Sekarang, bagaimana kabarmu Kevin adrian?" Melati memakai seragam kerjanya di ruang ganti. Entah kenapa, hari ini dia sangat merindukan kevin adrian, cinta pertamanya yang telah membuatnya bertahan selama kurang lebih 8 tahun lamanya. "Melati dorothy, dia ada di depan" seru seorang cewe yang merupakan rekan kerja melati."Siapa? Rony?" tanya Melati.cewe tadi berjalan mendekati Melati. "Tentu saja, lantas siapa lagi? Dia sudah bertingkah konyol dengan mengamatimu bekerja 2 jam lamanya selama seminggu ini. Apa kau tidak kasihan padanya? Sudahlah, terima saja cintanya"Melati menghembuskan nafas berat sambil membereskan dapurnya. "Apa kau tidak pernah menyukai seseorang?" Melati bertanya.Rekan Melati tadi berujar cepat, "Tentu saja pernah""Bagaimana rasanya?" Untuk yang kesekian kalinya Melati bertanya"Emm..." teman Melati tadi tampak berfikir"Kau takan mampu menyukai orang lain jika dihatimu sudah menyimpan satu nama" Melati tersenyum. Teman Melati tadi menggembungkan pipinya. "Mau sampai kapan kau terus mencintai cowo yang bahkan tak kau ketahui keberadaannya sekarang ini? Ronny benar-benar mencintaimu""Dan aku benar-benar mencintainya. Mungkin perasaan itu akan berhenti seiring berakhirnya penderitaanku""YA MELATI! Aku tidak suka bicaramu!"Melati membuka lokernya. Diambilnya sebuah buku dari dalam loker tersebut. ternyata, itu bukan buku melainkan sebuah album foto. Melati mengamati sekelilingnya."Aman" ujarnya pelan dan mulai mengarahkan pandangan matanya pada album foto yang merupakan miliknya. "A name to remember" Melati membaca sebaris tulisan yang tertera pada sampul albumnya.Album itu terpusat pada satu objek, ya hanya ada foto Kevin adrian dan segala aktivitasnya didalam foto itu."Kevin, aku merindukanmu. Sangat merindukanmu" Melati menitikan air matanya.Pada lembar pertama, menunjukan foto kelulusannya. Ya, foto itu merupakan satu satunya bukti bahwa dirinya pernah dalam satu foto bersama orang yang disukainya, Kevin adrian. "Apa kau tau perasaanku? Aku mencintaimu" disentuhnya sebuah foto saat kevin tengah mengamati pelajaran dengan seksama. Matanya hanya terpusat pada papan tulis didepannya."Kau terlalu fokus sehingga kau tidak pernah menyadari sekelilingmu, vin" Melati bergumam lirih. Pada halaman selanjutnya, sebuah foto lapangan basket kosong dan dibawahnya adalah foto Melati saat tengah memainkan bola basket."Kau tau? Sekarang ini.. Pada pagi hari, tidak ada lagi yang bermain basket disana. Bagaimana caranya aku memohon pada Tuhan agar dapat memutar kembali waktu? 3 tahunku terbalas dengan 1 hari, Vin.. Hanya satu hari saat perpisahan itu aku benar-benar merasa bahwa sebenarnya aku bisa lebih banyak membuat kenangan denganmu" "Melati~ya, ayo mulai bekerja. Cafe sudah buka" seru seorang cewe dari arah luar.Dengan cekatan Melati menutup album fotonya dan mengembalikannya ke dalam loker kemudian buru-buru menghapus air matanya."Aku segera kesana" Melati memasang celemeknya dan berangsur pergi. Melati POV Cafe sudah buka semenjak 3 jam yang lalu dan sekarang ini waktunya makan siang. Pada saat-saat seperti ini jumlah konsumen biasanya membeludak sehingga aku terpaksa harus membantu pekerjaan keyla mengantarkan pesanan. Itupun jika sedang senggang."Melati, tolong antarkan ini. Satu ice vanila latte dan pie ke meja nomor 7" keyla rekanku itu berujar dengan cepat.Langsung saja kuturuti perintahnya sebelum ia melemparkan seluruh aset dapur ke arahku. Dia itu karyawan yang nekat dan tidak takut pada bos. Kulangkahkan kakiku menuju meja nomor 7 sesuai komando dari keyla tadi.Seorang cowo dengan balutan jas abu-abu tuanya tengah terduduk memunggungiku. Potongan rambut, cara duduk dan gerak geriknya sangat mirip dengan...Yaampun!meja nomor 7, vanila late?Dia.. Apa benar dia kevin adrian? Kuantarkan pesanannya. Aku melihat wajahnya sekilas. Benar saja, dia itu cinta pertamaku. cowo yang selama 5 tahun ini telah mengacaukan pikiranku."Selamat menikmati," ujarku ramah.Dia menatapku.Apa dia mengingatku?Deg deg degkenapa jadi berdebar begini?yaTuhan~ “terimkasih” ujarnya.Tenggorokanku tercekat. Rupanya dia tidak mengingatku.Aish, apa-apaan kau ini Melati? Bagaimana bisa Kevin memgingatmu jika kalian saja hanya sempat berinteraksi beberapa kali dulu.Bodoh bodoh. Apa artinya aku untuk seorang kevin adrian?Huh, hentikan mimpimu, Melati. Kevin yang sekarang memang masih sama dengan Kevin yang dulu meskipun penampilannya sedikit berubah. Bahkan menu pesanannya pun masih sama seperti dulu. Tapi hal itu sama sekali tidak menjamin dengan kondisi ingatannya. Dia mana mungkin mengingatmu yang mungkin sama sekali tidak memiliki arti bagi hidupnya. Yah itu benar. Kaulah yang berarti, Vin. Bukan aku. "keyla, aku ke toilet dulu" ujarku yang langsung meletakan nampan diatas meja dapur dan berlari menuju toiletAku harus bahagia.. Ya, harus. Orang yang kusukai itu muncul dihadapanku seakan menunjukan padaku hidupnya yang sekarang. Dia telah menjadi cowo berjas, dia telah menjadi orang yang sukses.Aku turut berbahagia untukmu, Kevin adrian.. Kukeluarkan 2 buah amplop dari dalam tas jinjingku.Sebuah amplop membuatku tersenyum dan menitikan air mata dalam hitungan detik."Ketika aku menerima undangan ini kemarin, kupikir tidak akan ada kau di acara nanti. Tapi aku salah. Kesempatan itu masih ada, buktinya aku bertemu denganmu hari ini" dengan sedikit dipaksakan, kutarik seulas senyum. Yang kubaca saat ini adalah secarik undangan reuni sekolah angkatanku dulu. Acaranya besok.Awalnya aku ingin sekali untuk tidak menghadiri acara itu, tapi mengingat Kevin telah kembali ke Indonesia, sepertinya aku akan menjadi orang paling bodoh jika tidak hadir besok.Untuk orang yang kutunggu kehadirannya selama 5 tahun ini, aku masih tetap sama seperti dulu. Aku tetap mencintaimu, kevin adrian. Kugeser amplop tadi. Yang kupandang sekarang adalah sebuah amplop berlogo 'Cikini Hospital'. Menyakitkan sekali jika aku harus mengingatnya. Tanpa membaca isinya pun aku sudah tau apa yang tertulis disana. "Melati, apa kau di dalam?"itu suara.. keyla! Aish, buru-buru kumasukan 2 amplop tadi kembali pada tas jinjingku.Keyla masuk begitu saja, mengamatiku dari atas kebawah lalu kembali lagi keatas. Ditatapnya wajahku sambil memicingkan sepasang bola matanya. "Kau menyembunyikan sesuatu?""benarkah? Tanganku kosong, aku tidak sedang menyembunyikan sesuatu" semoga saja Keyla tidak menyadari kebohonganku. Maaf"Bukan pada tanganmu, tapi pada hati dan pikiranmu"aku bungkam. Dia benar."Kau tak mengenalku secara mendetail, keyla. Kita baru bertemu setengah tahun yang lalu"Keyla mengepalkan tangannya kuat kuat kemudian menghela nafasnya kesal. "Jika kau ingin bercerita, aku akan selalu ada waktu untukmu. Kapanpun" Keyla berangsur pergi meninggalkanku sendiri lagi di ruang pegawai. "Jika kau mengatahuinya, kau pasti akan berubah, keyla. Aku tidak akan menyukai perubahanmu itu. Maaf.." Author POV Melati berjalan kikuk memasuki sebuah hotel yang merupakan tempat reuninya.cewe itu hanya mengenakan dress bermotif sakura dominan warna putih dan sepasang sepatu berhak pendek warna senada. "Yaampun, kau Melati kan? Melati dorothy isabel?" seorang cowo yang kebetulan berpapasan dengan Melati memandang takjub kearahnya. Satu tangan cowo itu memegang segelas soft drink."Sekarang kau bertambah cantik" cowo tadi mengulurkan gelasnya yang masih terisi penuh kearah Melati."Terma kash banyak" Melati tersenyum kikuk."Kau masih mengingatku?"Melati mengangguk. "Kau adalah orang yang paling sering menjodohkanku dengan Kevin dulu.""Hahahaha" Andre tertawa. "Kalian itu dua yang paling pandai dikelas, dan kulihat kalian tidak dekat.. Kau sudah bertemu dengan Kevin?" Andre bertanya. Melati menggeleng."Ayo kuantar. Dia akan mengadakan pertunjukan yang sangat menarik. Dia benar-benar berubah menjadi cowo yang romantis sekarang." Melati berdiri disamping Andre. Yang dilihat cewe itu saat ini adalah seorang Kevin adrian yang tengah berlutut sembari mengulurkan sebuah cincin kepada cewe cantik di depannya.Melati mengenal cewe itu, dia Jasmine ananda. Siswi paling populer disekolahnya dulu. Tenggorokan Melati tercekat seperti terganjal sesuatu. Hatinya remuk hancur berkeping-keping namun bibirnya tetap membentuk sebuah lengkungan senyum. "Terima.. Terima.. Terima" bersamaan dengan teman-temannya yang lain, Melati ikut mengucapkan kata kata yang justru membuat hatinya makin pedih. Kevin menutup kedua matanya sambil tangannya masih terus mengarahkan cincin tadi pada sesosok wanita cantik dihadapannya, Jasmine ananda.Ketika akhirnya Jasmine menerima cincin pemberian Kevin, ketika itu pula Melati merasakan kepedihan yang teramat sangat. Kevin berjalan selangkah mendekati Jasmine ananda kemudian mencium bibir cewe itu sekilas. Sontak saja hal itu menyebabkan teriakan teriakan dari para tamu undangan yang lain. Kejadian itu tepat didepan mata Melati. 'Melati, untuk kali ini berbohonglah. Katakan pada dirimu sendiri bahwa kau bahagia. Kau turut berbahagia atas kebahagiaan cowo yang kausukai' Melati berujar pada dirinya sendiri. Ia tidak bisa menahan air matanya untuk tidak mengalir. "kenapa?" Andre melirik kearah Melati."takapa, aku hanya bahagia saja melihatnya. Kevin benar-benar romantis" jawab Melati penuh kebohongan."andre, aku permisi dulu" Melati melangkahkan kakinya ke toilet.Dia menangis sepuasnya didalam sana. Dia bahagia ya, dia memang bahagia."Untuk kebahagiaanmu, aku juga akan berbahagia, Vin" Melati mengeluarkan kameranya."Bahkan aku berani mengambil fotomu dan Jasmine tadi. Itu bukti bahwa aku tidak sedih menerima kenyataan ini."Melati memang sempat memotret saat saat Kevin melamar Jasmine tadi. Saat mereka berciuman pun Melati masih bisa menahan perih untuk memotretnya. Tangan Melati meraih sebuah amplop dari dalam tasnya. Itu amplop yang kemarin."Dia bahagia, penantian dan harapanku selama bertahun tahun telah terwujud. Sekarang aku siap"Melati memandang dirinya dihadapan cermin toilet. Tiba-tiba saja cewe itu terbatuk dan mengeluarkan cairan darah segar dari dalam mulutnya. Buru buru Melati menyalakan keran dan membasuk noda kemerahan itu. "Karna mencintaimu, aku bisa kuat hingga saat ini, Vin. Bagaimana caranya aku harus berterima kasih?" Melati meletakan sebuah amplop coklat besar di depan pintu rumah seseorang tanpa bermaksud mengetuk daun pintunya. Itu rumah Kevin.Melati tersenyum simpul memandang rumah itu. Hari masih sangat pagi. Jam masih menunjukan pukul 5 dini hari."Kau pasti masih terlelap" ujar Melati pelan.Perlahan, cewe itu melangkah mundur. Ditariknya sebuah koper bersamaan dengan langkahnya yang mulai beranjak pergi meninggalkan rumah Kevin. Bunyi alarm yang gaduh membuat Kevin terpaksa harus mengalah dengan dirinya sendiri. Dengan malas ia bangkit dari ranjangnya dan pergi ke meja makan."Kenapa tidak ada makanan satupun?" Kevin berdecak kesal. Ia pergi menuju pintu utama untuk mengambil koran. Cklekk Kevin mengambil koran hariannya. Tiba-tiba saja matanya menangkap sesuatu tak jauh dari letak korannya tadi."Amplop?" Kevin mengernyitkan keningnya bingung.Dibukanya amplop itu dengan cekatan. Amplop itu berisikan puluhan foto.Sebuah potret ruang kelas yang kosong, dan sebuah potret dirinya ketika tertidur di kelas.'Jika Bu Rahmi melihatnya, pasti jabatan murid teladan itu akan lengser darimu' Sebuah lapangan basket yang kosong, dan sebuah foto ketika Kevin tengah memainkan bola basket miliknya'Kuakui kau memang hebat. Kau gemar sekali menebar pesona pada para cewe di pinggir lapangan' potret sebuah cafe dengan nomor meja 7 yang kosong, dan potret Kevin ketika tengah memainkan ponselnya sambil meminum pesanannya.'Meja nomor 7 dan ice vanila latte. Boleh aku bertanya kenapa kau menggemari 2 hal itu?' pada bagian akhir terdapat secarik kertas berwarna biru. "Beritahu aku bagaimana caraku untuk berterima kasih padamu. Terima kasih telah membuatku mencintaimu selama 8 tahun lamanya, Kevin adrian.Aku belajar banyak darimu. Selamat tinggal. Semoga kau bahagia. I LOVE YOU~" KEVIN membaca isi dari kertas tadi. "Ini dari siapa?" kevin nampak kebingungan."Apa ini dari Jasmine?" pikir Kevin. "Apa dia telah menyukaiku sejak 8 tahun yang lalu? Ah tidak. Sepertinya ini bukan darinya" Melati terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. cewe itu mengenakan pakaian pasie berwarna hijau kebiruan lengkap dengan penutup kepala yang menutupi rambutnya.Untuk yang kesekian kalinya Melati membuka album fotonya, 'a name to remember' "Difoto ini pertama dan terakhir kalinya aku dapat satu foto denganmu, Vin" Melati mengarahkan telunjuknya pada wajah Kevin dalam foto itu. "Meskipun ini foto satu kelas, aku tetap bahagia. Aku bisa memamerkan ini pada hatiku sendiri." Kevin tersenyum manis."Siapa yang menyangka bahwa aku akan bertemu kembali denganmu setelah hari perpisahan itu? Tuhan memang baik padaku. Bahkan disaat saat akhir seperti ini, aku masih sempat melihatmu yang berbahagia" air mata Melati kembali menetes. "Aish, kenapa aku menangis. Akhir-akhir ini aku cengeng sekali" buru-buru Melati menyeka air matanya. Tiba-tiba saja dua orang perawat masuk kedalam ruang rawat Melati."Nona Melati, apa kabar?" tanya salah seorang dari mereka."Sangat baik" Melati tersenyum.Dua perawat tadi mendorong ranjang Melati menuju ruangan lain. Ruang operasi. Melati tersenyum ketika mendapati seorang dokter tengah memandang sendu kearahnya. Dia hanya ingin menunjukan pada sang dokter bahwa dia baik-baik saja. Dia masih bisa tersenyum."Lakukan yang terbaik dokter. Saya siap dengan konsekuensi terburuk sekalipun." ujar Melati. Tangannya masih mencengkram kuat samping ranjangnya. "Kau pasti bisa melewati masa masa ini, nona Melati" dokter itu berujar."Tentu saja, dok. Saya telah bertemu dengannya. Perasaan itu akan saya jadikan sebagai kekuatan untuk melawan penyakit ini" Dokter itu mengangguk. "Suster, tolong jarum suntik dan obat biusnya"seketika Melati merasakan gelap. Selanjutnya ia tidak tau apa-apa lagi.Yang ia ingat hanya nama itu dalam biusnya.A name to remember, kevin adrian.Melati dorothy Isabel, December 1st 2011Bulir bulir salju musim dingin membuat batu nisan itu sulit terbaca. Di dekat batu nisan itu, tergeletak sebuah album foto milik Melati. Ya, album fotonya yang bertuliskan 'a name to remember'Tepat pada hari ini, Melati meninggal.Oprasi transplantasi paru-paru yang dijalaninya gagal. Dia telah bertahan cukup lama dengan penyakitnya.Ketika pada akhirnya kekuatan cintanya juga tidak kuat melawan semua rasa sakitnya. Ketika pada akhirnya dia menyerah pada penyakit yang membuatnya tidak bisa bermain basket, olahraga favorit Kevin. Dia ingin merasakan tangannya mendrible permukaan bola orange itu, tapi penyakitnya seolah tidak mengijinkan Melati untuk melakukannya. Kondisi badannya bisa menurun drastis. Dan Melati sangat membenci itu. Membuatnya melewatkan hari dengan terbaring lemah pada ranjang rumah sakit tanpa bisa pergi kesekolah untuk sekedar bertemu dengan Kevin, cowo yang disukainya. 'Tuhan, aku memiliki permohonan. Hari ini dia akan melangsungkan pertunangannya. Aku ingin memberi ucapan selamat padanya. Bisa kau kabulkan permohonanku?' Kevin dan Jasmine tengah melangsungkan pertunangan mereka. Dengan balutan setelan jas dan gaun putih, mereka berdua tersenyum manis kepada para tamu undangan. Mereka nampak serasi. "Melati, kau datang?" jasmine melangkahkan kakinya mendekati sesosok cewe yang tengah berjalan kearahnya."Selamat" Melati tersenyum tulus.Jasmine memeluk Melati erat. "Terimakasih mel"Jasmie melepaskan pelukannya pada Melati. "Badanmu dingin sekali. Apa kau sakit?""tidak usah khawatir. Dimana Kevin? Aku belum memberinya ucapan selamat" "Semoga bahagia. Selamat tinggal dan terima kasih" Melati menjabat tangan Kevin sambil tersenyum bahagia. Beberapa detik kemudian cewe itu melangkahkan kakinya keluar ruangan. 'Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk melihatnya berdiri dengan bahagia. Kau adalah nama yang akan selalu kuingat, Kevin adrian.'Melati kembali menengokan kepalanya kebelakang. Dilihatnya Kevin dan Jasmine yang tengah tersenyum dengan raut wajah barseri-seri. 'Semoga kau bahagia, Vin' Perlahan Melati pergi meninggalkan tempat itu. Seiring dengan langkahnya, tubuhnya menghilang bersamaan dengan buliran salju musim dingin. Melati bisa tenang disana."Kau bilang padaku, cinta pertamamu akan kau undang pada acara pertunangan kita ini. Mana? Aku ingin tau" Jasmine menatap Kevin penuh harap, sementara yang ditatap hanya bisa tersenyum tanpa menjawab."Yakk tepatilah janjimu. Kita sudah berjanji untuk saling memberitahu siapa cinta pertama kita. Aku sudah memberitahumu bahwa cinta pertamaku itu Andre. Kapan kau akan memberitauku siapa cinta pertamamu?" Jasmine mengerucutkan bibirnya.Kevin meliriknya sekilas."Kau benar ingin tau?""Tentu saja!""Dia... Dia cewe yang tadi kau peluk. Dulu aku sangat malu untuk dekat dengannya. Aku takut dia tidak menyukaiku. Hingga saat ini, aku belum pernah mengungkapkan perasaanku padanya."Melati Dorothy Isabel, December 1st 2011lembaran album foto itu tertiup angin hingga terhenti pada lembar yang paling akhir.'a name to remember, kevin adrian.Aku mencintaimu, apa kau tau itu?'




Tidak ada komentar:

Posting Komentar